Mari kita bermain main pikir sejenak.
Tentang lautan biru dan para perompak laut merah
Tentang pedang, emas dan sutera para ksatria onak
Tentang kisah dewi dewi istana berbalut satin jazirah
Acuhkan saja aliran angin yang menghalangi pandangan matamu
Tataplah tajam, kan selalu ada yang mengarahkan pandangan berdiri menyerangmu
Entah menjadi malam , atau dalam rinai rinai rusuk telah selaras bertatap menghujam
Cemara salju sudah berbisik,
Camar beringsut memburu gundik
Awan awan saling berpelukan, tumbuhkan ruh pada hujan
Cemara salju sudah berbisik.
Saatnya kita kembali pulang, tuju rumah tepi lematang
Nyalakan api, meramu naskah malam tuk esok pagi
Ada ribuan sandi yang harus kita pecahkan, sayang.
Meski itu tak semudah merapikan letak kemejaku yang berantakan.
Ada puluhan cerita malam yang harus kau biarkan bulan dengar dengan jelas, pandang mata jeli telingaku tak selalu awas
Ada spektrum sunyi yang ingin diubah menjadi hingar, ada lirik lirik alegori yang ditulis hingga tak tentu kabar
Ada cinta yang tak bisa kau hitung berapa nestapa, ada kata yang tak akan bisa kau hitung berapa hasta
Ada waktu yag tak kau hitung berapa lagi yang kan hilang menjadi abu
Ada jemari yang tak ingin lepas menggamit seri
Ada jarak yang terpisah berarak
Ada kisah yang tak rela tuk dipisah
Ada kata yang tak disapa
Ada jemu yang tak jua
Aku tanpa dirinya.
No comments:
Post a Comment